Sabtu, 30 Mei 2015

Bab 9 Perencanaan dan Kendali Manajemen

1.    Empat dimensi dalam pembuatan model bisnis
Survei terbaru menemukan bahwa akuntan manajemen menghabiskan lebih banyak waktu dalam masalah perencanaan strategis dibandingkan dengan masa sebelumnya. Penentuan model usaha merupakan gambaran besar, dan terdiri dari formulasi, pelaksanaan dan evaluasi rencana bisnis jangka panjang suatu perusahaan. Hal ini mencakup empat dimensi utama :
1.  Mengidentifikasikan faktor-faktor utama yang relevan terhadap kemajuan perusahaan di masa depan.
2.  Merumuskan teknik yang memadai untuk meramalkan perkembangan masa depan dan menganalisis kemampuan perusahaan untuk menyesuaikan diri atau memanfaatkan perkembangan tersebut.
3.  Mengembangkan sumber-sumber data untuk menditkung pilihan-pilihan strategis.
4.  Mentranslasikan pilihan-pilihan tertentu menjadi serangkaian tindakan yang spesifik.

2.    Perbedaan antara konsep biaya standard dan kaizen
Sistem penentuan biaya standar mencoba untuk meminimalkan varians antara biaya yang dianggarkan dengan biaya aktual. Penentuan biaya kaizen menekankan untuk melakukan apa ynag diperlukan untuk mencapai tingkatan kinerja yang diinginkan dalam kondisi pasar yang kompetitif.
Konsep Biaya Standar
Konsep Biaya Kaizen
Pengendalian biaya
Pengurangan biaya
Diterapkan pada kondisi manufaktur yang ada
Diterapkan pada perbaikan manufaktur secara terus-menerus
Tujuan : kesesuaian dengan standar
Tujuan : mencapai target pengurangan biaya
Standar ditentukan tiap tahun
pengurangan biaya ditentukan setiap bulan
Analisis variabs didasarkan pada aktual vs standar
Analisis  varians didasarkan pada pengurangan biaya secara konstan
Melakukan investigasi apabila standar tidak terpenuhi
Melakukan investigasi jika target biaya tida tercapai


3.    Mengukur perkiraan kembalian investasi luar negeri
Seorang manajer harus menentukan tingkat pengembalian yang relevan untk mengalisis kesempatan investasi asing. Namun, tingkat pengembalian yang relevan merupakan masalah sudut pandang: proyek luar negeri atau induk perusahaan. Pengembalian dari dua sudut pandang ini dapat berbeda secara signifikan karena beberapa hal:
·      pembatasan oleh pemerintah atas repatriasi laba dan modal
·      biaya izin, royalt, dan pembayaran lain yang merupakan laba bagi induk perusahaan namun merupakan beban bagi anak perusahaan
·      perbedaan laju inflasi nasional
·      perubahan kurs valuta asing
·      perbedaan pajak
Manajer keuangan harus memenuhi banyak tujuan dengan memberikan respons kepada kelompok investor dan noninvestor di organisasi dan di lingkungannya. Jika siatu investasi asing tidak menjanjikan pengembalian yang telah disesuaikan resiko yang nilainya lebih dari pengembalian yang diperoleh pesaing local, maka pemegang saham induk perusahaan akan lebih baik untuk berinvestasi langsung di perusahaan local. Bagi manajer perusahaan multinasional, mengukur ekspektasi arus kas suatu investasi asing merupakan hal yang cukup menantang. Perkiraan penerimaan didasarkan pada proyeksi penjualan dan pengalaman antipasti penagihan. Beban operasi dan pajak local juga sama-sama diramalkan
4.    Proses perhitungan biaya modal perusahaan multinasional
Jika investasi luar negeri dievaluasi dengan menggunakan model arus kas terdiskonto, maka tingkat diskonto yang tepat harus dikembangkan. Teori penganggaran modal secara khusus menggunakan biaya modal perusahaan sebagai tingkat diskontonya, dengan demikian suatu proyek harus menghasilkan pengembalian yang setidaknya sama dengan biaya modal perusahaan agar dapat diterima. Tingkat patokan (hurdle rate) ini berkaitan dengan proporsi utang dan ekuitas dalam struktur keuangan perusahaan sebagai berikut.
Tidaklah mudah untuk mengukur biaya modal sebuah perusahaan multinasional. Biaya modal ekuitas dapat dihitung dengan beberapa cara. Satu metode yang populer menggabungkan ekspektasi pengembalian dividen dengan ekspektasi tingkat pertumbuhan dividen. Dengan mengasumsikan Di = ekspektasi dividen per lembar saham pada akhir periode. Po = harga pasar kini saham pada awal periode dan g = ekspektasi tingkat pertumbuhan dalam dividen, biaya ekuitas, Ke dihitung sebagai berikut Ke = Di/Po + g. Meskipun modal untuk mengukur harga kini saham, di kebanyakan negara di mana saham-saham perusahaan multinasional tercatat, seringkali cukup sukar untuk mengukur Di dan g. Pertama-tama karena Di merupakan ekspektasi. Ekspektasi dividen tergantung pada arus kas operasi perusahaan secara keseluruhan. Pengukur arus kas ini diperumit oleh pertimbangan faktor-faktor lingkungan. Terlebih lagi pengukuran tingkat pertumbuhan dividen suatu fungsi ekspektasi arus kas masa depan diperumit oleh kontrol valuta asing dan restriksi pemerntah lainnya dalam transfer dana lintas batas.

5.    Masalah dan kerumutan dalam merancang sistem pengendalian keuangan dan informasi perusahaan multinasional
Isu yang Berkaitan dengan Sistem Jarak merupakan kerumitan yang jelas terlihat. Disebabkan oleh keadaan geografis, komunikasi informasi secara formal umumnya menggantikan kontak pribadi antar manajer operasi lokal dengan manajemen kantor pusat.  
Tiga strategi teknologi informasi global, yang masing-masing berhubungan dengan jenis organisasi multinasional tertentu. Keberhasilan yang dicapai tergantung pada kesesuaian rancangan system dengan strategi perusahaan :
·      penyebaran rendah dengan sentralisasi yang tinggi. Digunakan oleh organisasi yang lebih kecil dengan operasi bisnis internasional yang terbatas dan system informasi domestik mendominasi kebutuhan
·      penyebaran tinggi dengan sentralisasi yang rendah. Anak perusahaan lokal diberi kendali yang signifikan atas pengembangan strategi teknologi infomasi dan system terkait mereka sendiri.
·      Penyebaran tinggi dengan sentralisasi yang tinggi. Disini strategi teknologi informasi global lokal dijalankan oleh perusahaan global dengan aliansi strategi di seluruh dunia. System informasi dirancang untuk mencerminkan kebutuhan perusahaan yang disesuaikan dengan keadaan lokal
Akuntan manajemen mempersiapkan sejumlah informasi untuk manajemen perusahaan, mulai dari pengumpulan data hingga laporan likuiditas dan ramalan operasional berupa berbagai jenis pengeluaran beban. Untuk setiap kelompok data yang disampaikan manajemen perusahaan harus menentukan periode waktu yang relevan untuk laporan, tingkat akurasi yang diperlukan, frekuensi pelaporan dan biaya serta manfaat penyusutan dan penyampaian tepat waktu.
Disini faktor-faktor lingkungan juga mempengaruhi penggunaan informasi yang dihasilakn secara translasi. Laporan dari operasi luar negeri perusaaan multinasioanal AS umumnya ditranslasikan ke dalam nilai ekuivalen doalr agar para manajer kantor pusat di AS melakukan evaluasi terhadap investasi mereka dalam dolar.

6.    Varians nilai tukar
1.    Informasi Finansial
Penilaian kinerja finansial diukur berdasarkan pada anggaran yang telah dibuat. Penilaian tersebut dilakukan dengan menganalisis varians (selisih atau perbedaan) antara aktuaql dengan yang dianggarkan. Analisis varians secara garis besar berfokus pada:
a. Varians pendapatan (revenue variance)
b. Varians pengeluaran (expenditure variance)
- Varians belanja rutin (recurrent expenditure variance)
- Varians belanja investasi/modal (capital expenditure variance)
Setelah dilakukan analisis varians, maka dilakukan identifikai sumber penyebab terjadinya varians dengan menelusur varians tersebut hingga level manajemen paling bawah.
2.    Informasi Nonfinansial
Informasi nonfinansial dapat dijadikan sebagai tolok ukur lainnya. Informasi nonfinansial dapat menambah keyakinan terhadap kualitas proses pengendalian manajemen. Teknik pengukuran kinerja yang komprehensif yang banyak dikembangkan oleh berbagai organisasi dewasa ini adalah balance scorecard. Dengan balance scorecard kinerja organisasi diukur tidak hanya berdasarkan aspek financial saja, akan tetapi juga aspek nonfinansial. Pengukuran dengan metode balance scorecard melibatkan empat aspek, yaitu: 1. Perspektif financial (financial perspective), 2. Perspektif kepuasan pelanggan (costumer perspective), 3. Perspektif efisiensi proses internal (internal process efficiency), dan 4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective). 

7.    Kesulitan khusus dalam merancang dan melaksanakan sistem evaluasi kinerja perusahaan multinasional
Isu yang Berkaitan dengan Sistem Jarak merupakan kerumitan yang jelas terlihat. Disebabkan oleh keadaan geografis, komunikasi informasi secara formal umumnya menggantikan kontak pribadi antar manajer operasi lokal dengan manajemen kantor pusat. Tiga strategi teknologi informasi global, yang masing-masing berhubungan dengan jenis organisasi multinasional tertentu. Keberhasilan yang dicapai tergantung pada kesesuaian rancangan system dengan strategi perusahaan :
1.   penyebaran rendah dengan sentralisasi yang tinggi. Digunakan oleh organisasi yang lebih kecil dengan operasi bisnis internasional yang terbatas dan system informasi domestik mendominasi kebutuhan
2.   penyebaran tinggi dengan sentralisasi yang rendah. Anak perusahaan lokal diberi kendali yang signifikan atas pengembangan strategi teknologi infomasi dan system terkait mereka sendiri.
3.   Penyebaran tinggi dengan sentralisasi yang tinggi. Disini strategi teknologi informasi global lokal dijalankan oleh perusahaan global dengan aliansi strategi di seluruh dunia. System informasi dirancang untuk mencerminkan kebutuhan perusahaan yang disesuaikan dengan keadaan lokal

Akuntan manajemen mempersiapkan sejumlah informasi untuk manajemen perusahaan, mulai dari pengumpulan data hingga laporan likuiditas dan ramalan operasional berupa berbagai jenis pengeluaran beban. Untuk setiap kelompok data yang disampaikan manajemen perusahaan harus menentukan periode waktu yang relevan untuk laporan, tingkat akurasi yang diperlukan, frekuensi pelaporan dan biaya serta manfaat penyusutan dan penyampaian tepat waktu. Disini faktor-faktor lingkungan juga mempengaruhi penggunaan informasi yang dihasilakn secara translasi. Laporan dari operasi luar negeri perusaaan multinasioanal AS umumnya ditranslasikan ke dalam nilai ekuivalen doalr agar para manajer kantor pusat di AS melakukan evaluasi terhadap investasi mereka dalam dolar.

BAB 8 Analisis Laporan Keuangan Internasional

1.    Kesulitan-kesulitan analisis strategi bisnis internasional dan strategi dasar untuk pengumpulan informasi
a.    Ketersediaan informasi
Analisis strategi usaha sulit dilakukan khususnya di beberapa Negara karena kurang andalnya informasi mengenai perkembangan makro ekonomi. Memperoleh informasi mengenai industry juga sukar dilakukan di banyak Negara dan jumlah serta kualitas informasi perusahaan sangat berbeda-beda. Ketersediaan informasi khusus mengenai perusahaan sangat rendah di Negara berkembang. Akhir-akhir ini banyak perusahaan besar yang melakukan pencatatan dan memperoleh modal di pasar luar negeri telah memperluas pengungkapan mereka dan secara suka rela beralih prinsip akuntansi yang diakui secara global seperti standar pelaporan keuangan internasional.
b.    Rekomendasi untuk melakukan analisis
Keterbatasan data membuat upaya untuk melakukan analisis strategi usaha dengan menggunakan metode riset tradisional menjadi sukar dilakukan. Seringkali sering dilakukan perjalanan untuk mempelajari iklim setempat dan bagaimana industry dan perusahaan sesungguhnya beroperasi, khususnta di Negara-negara pasar berkembang.

2.    Langkah-langkah analisis akuntansi
            Tujuan analisis akuntansi adalah untuk menganalisis sejarah mana hasil yang dilaporkan perusahaan mencerminkan realitas ekonomi. Para analisis perlu untuk mengevaluasi kebijakan dan estimasi akuntansi, serta menganalisis sifat dan ruang lingkup fleksibelitas akuntansi suatu perusahaan. Para manajer perusahaan diperbolehkan untuk membuat banyak pertimbanan yang terkait dengan akuntansi, karena merekalah yang tahu lebih banyak mengenai kondisi operasi dan keuangan perusahaan. Laba yang dilaporkan seringkali digunakan sebagai dasar evaluasi kinerja manajemen mereka.
            Langkah-langkah dalam melakukan evaluasi kualitas akuntansi suatu perusahaan:
a)      Identifikasikan kebijakan akuntansi utama
b)      Analisis fleksibilitas akuntansi
c)      Evaluasi strategi akuntansi
d)     Evaluasi kualitas pengungkapan
e)      Indentifikasi potensi terjadinya masalah.
f)       Buatlah penyesuaian atas distorsi akuntansi

3.    Pengaruh analisis akuntansi terhadap akuntansi antar Negara dan kesulitannya dalam memperoleh informasi yang diperlukan
Analisis keuangan mencakup berbagai wilayah yuridiksi. Sebagai contoh seorang analisis mungkin beberapa kali melakukan studi terhadap sebuah perusahaan yang berada di luar Negara asalnya atau membandingkan perusahaan yang berasal dari dua Negara atau lebih. Sejumlah Negara yang memiliki perbedaan yang sangat besar dalam praktik akuntansi, kualitas pengungkapan, system hukum dan undang-undang, sifat dan ruang lingkup resiko usaha dan cara untuk menjalankan usaha. Perbedaan ini berarti analisis yang sangat efektif di satu wilayah menjadi kurang efektif di wilayah lain. Para analisis juga sering menghadapi tantangan besar untuk memperoleh informasi yang kredibel. Di kebanyakan Negara pasar yang berkembang, para analisis keuangan sering memiliki tingkat keyakinan atau keandalan yang terbatas.
Dalam memperoleh data akuntansi internasional terdapat beberapa kesulitan, anatara lain :
a.    Penyesuaian depresiasi beban depresiasi akan mempengaruhi keuntungan, maka perlu diperhatikan umur dari fungsi aktiva yang harus diputuskan manajemen.
b.    Penyesuaian persediaan LIFO dan FIFO persediaan harus dikonversikan dalam metode FIFO
c.    Cadangan, adalah kemampuan perusahaan untuk membayar atau menutup pengeluaran untuk menghapus beban
d.   Reformulasi laporan keuangan penyesuaian dari beberapa perubahan setelah adanya beberapa perhitungan.

4.    Mekanisme untuk mengatasi perbedaan prinsip akuntansi antar Negara
Dalam mengatasi perbedaan prinsip akuntansi antar Negara dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, seperti :
a.    Beberapa analis menyajikan ulang ukuran akuntansi asing menurut sekelompok prinsip yang diakui secara internasional atau sesuai dengan dasar lain yang lebih umum.
b.    Beberapa yang lain mengembangkan pemahaman yang lengkap atas praktik akuntansi di sekelompok Negara tertentu dan membatasi analisis mereka terhadap perusahaan yang berlokasi di Negara-negara tersebut,


5.    Kesulitan dan kelemahan dalam analisis laporan keuangan internasional
a.    Akses informasi
Informasi mengenai ribuan perusahaan dari seluruh dunia teleh tersedia secara luas dalam beberapa tahun terakhir. Sumber informasi dalam jumlah yang tak terhitung banyaknya muncul melalui world wide web (www). Perusahaan di dunia saat ini memiliki situs web dan laporan tahunanan tersedia secara Cuma-Cuma dan berbagai sumber lainnya.
b.    Ketepatan waktu informasi
Ketepatan laporan keuangan, laporan tahunan, laporan kepada pihak regulator berbeda-beda tiap Negara.
c.    Hambatan bahasa dan teknologi
d.   Masalah mata uang asing
e.    Perbedaan dalam jenis dan format laporan keuangan

6.    Penggunaan www untuk memperoleh informasi penelitian perusahaan
·       Mayoritas perusahaan Web site tersendiri dan mayoritas memanfaatkan homepage mereka untuk menginformasikan informasi keuangan terutama laporan keuangan pokok yaitu neraca dan laba rugi. Tidak banyak, kurang dari 40% perusahaan yang memberikan informasi keuangan tambahan (catatan atas laporan keuangan, pendapat auditor dan analisis manajemen).
·       Mayoritas perusahaannya memberikan duplikasi informasi atau sebagian dari informasi hard copy laporan historis yang diubah dalam bentuk hyperttext atau format pdf.

·       Tidak banyak perusahaan yang benar-benar memanfaatkan fitur internet secara optimal. Hal ini terbukti dari 10% dari perusahaan sampel yang menampaikan informasi mengenai pergerakan saham. Disamping itu, meskipun mayoritas home page menampilkan press release, tetapi kurang dari 35 % yang melakukan update atas informasi yang ditampilkan.

BAB 7 Harmonisasi Akuntansi Internasional

1.    Perbedaan harmonisasi dan standarisasi yang berlaku dalam standar akuntansi
Harmonisasi merupakan proses untuk meningkatkan kompatibilitas (kesesuaian) praktek akuntansi dengan menentukan batasan – batasan seberapa besar praktek – praktek tersebut dapat beragam. Standar harmonisasi ini bebas dari konflik logika dan dapat meningkatkan komparatibilitas (daya banding) informasi keuangan yang berasal dari berbagai Negara.
Istilah harmonisasi dan standardisasi berbeda, standardisasi berarti penetapan sekelompok aturan yang kaku dan sempit dan bahkan mungkin penerapan satu standar atau aturan tunggal dalam segala situasi. Penerapan standar internasional di dalam akuntansi bersifat sukarela dan tergantung, untuk diterima, pada niat baik dari mereka yang menggunakan standar akuntansi. Situasi termudah akan muncul ketika suatu standar internasional hanya merupakan tiruan dari standar nasional. Ketika standar nasional dan internasional berbeda satu sama lain praktek yang ada dewasa ini adalah mengunggulkan standar nasional.
Sedangkan untuk harmonisasi jauh lebih fleksibel (luwes) dan terbuka, sehingga tidak menggunakan pendekatan satu ukuran untuk semua, tetapi mengakomodasi beberapa perbedaan dan telah mengalami kemajuan yang besar secara internasional dalam beberapa tahun terakhir. Jadi istilah harmonisasi sebagai kebalikan dari standardisasi memilki arti sebuah rekonsiliasi atas berbagai sudut pandang yang berbeda. Istilah ini lebih bersifat sebagai pendekatan praktis dan mendamaikan daripada standardisasi, terutama jika standardisasi berarti prosedur-prosedur yang dimiliki oleh satu negara hendaknya diterapkan oleh semua negara yang lain. Harmonisasi menjadi suatu bagian yang penting untuk menghasilkan komunikasi yang lebih baik atas suatu informasi agar dapat diartikan dan dipahami secara internasional.

2.    Pro dan kontra harmonisasi standar akuntansi internasional
Keuntungan harmonisasi akuntansi internasional :
·      Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia tanpa hambatan berarti. Standar pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang digunakan secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi modal.
·      Investor dapat membuat keputusan investasi yang lebih baik, portfolio akan lebih beragam dan risiko keuangan berkurang.
·      Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan strategi dalam bidang merger dan akuisisi.
·      Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standar dapat disebarkan dalam mengembangkan standar global yang berkualitas tertinggi.

Kritik atas standar internasional :
Internasionalisasi standar akuntansi juga menuai kritik. Pada awal tahun 1971 (sebelum pembentukan IASC), beberapa pihak mengatakan bahwa penentuan standar internasional merupakan solusi yang terlalu sederhana atas masalah yang rumit. Dinyatakan pula bahwa akuntansi, sebagai ilmu sosial, telah memiliki fleksibilitas yang terbangun dengan sendiri di dalamnya dan kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi yang sangat berbeda merupakan salah satu nilai terpenting yang dimilikinya.
Lebih jauh lagi, ditakutkan bahwa adopsi standar internasional akan menimbulkan “standar yang berlebihan”. Perusahaan harus merespons terhadap susunan tekanan nasional, social, politik, dan ekonomi yang semakin meningkat dan semakin dibuat untuk memenuhi ketentuan internasional tambahan yang rumit dan berbiaya besar. Argumen terkait adalah perhatian politik nasional sering kali berpengaruh terhadap standar akuntansi dan bahwa pengaruh politik internasional tidak terhindari lagi akan menyebabkan kompromi standar akuntansi.

3.    Rekonsiliasi dan pengakuan bersama (timbal balik) terhadap perbedaan standar akuntansi
Dua pendekatan lain yang diajukan sebagai solusi yang mungkin digunakan untuk mengatasi permasalahan yang terkait dengan isi laporan keuangan lintas batas :
·      Rekonsiliasi.
Melalui rekonsiliasi, perusahaan asing dapat menyusun laporan keuangan dengan menggunakan standar akuntansi negara asal, tetapi harus menyediakanrekonsiliasi antara ukuran-ukuran akuntansi yang penting (seperti laba bersih dan ekuitaspemegang saham) di negara asal dan di negara dimana laporan keuangan dilaporkan.Sebagai contoh, Komisi Pasar Modal AS (SEC). Rekonsiliasi berbiaya rendah bila dibandingkan dengan penyusunan laporan keuangan lengkap berdasarkan prinsip akuntansi yang berbeda. Namun demikian rekonsiliasi hanya menyajikan ringkasan dan bukan gambaran perusahaan yang utuh.

·       Pengakuan bersama / timbal balik / resiprositas
Pengakuan bersama terjadi apabila pihak regulator di luar negeri asal menerima laporan keuangan perusahaan asing yang didasarkan pada prinsip-prinsip Negara asal. Resiprositas tidak meningkatkan perbandingan laporan keuangan lintas Negara dan dapat menimbulkan “lahan bermain yang tidak seimbang” yang mana memungkinkan perusahan-perusahaan asing menerapkan standar yang tidak terlalu ketat bila dibandingkan dengan yang diterapkan terhadap perusahaan domestic.

Sebagai contoh, Bursa Efek London menerima laporan keuangan berdasarkan GAAP AS untuk pelaporan yang dibuat oleh perusahaan-perusahaan asing. Sejalan dengan perdagangan modal maka hermonisasi menjadi penting terhadap masalah-masalah yang terkait dengan isi dengan isi laporan keuangan lintas Negara. Pendekatan dilakukan dengan cara rekonsiliasi, dan pengakuan bersama. Dengan penyeragaman laporan keuangan yang lengkap berdasarkan prinsip yang berbeda.

4.    Organisasi yang mempromosikan harmonisasi dan memiliki peran penting dalam penetapan standar akuntansi internasional
Organisasi Internasional Pendorong Harmonisasi Akuntansi
1.       International Accounting Standard Board (IASB).
2.       Komisi Uni Eropa (EU).
3.       Organisasi International Komisi Pasar Modal (IOSCO).
4.       International Federation of Accountant (IFAC).
5.       Kelompok kerja ahli pemerintah PBB dalam ISAR dan UNTACD.
6.       Kelompok kerja dalam OECD.

Sebagai tanggapan  atas kebutuhan harmonisasi standar akuntansi, berbagai upaya telah dilakukan oleh negara kapitalis. Salah satunya adalah dengan dengan mendirikan International Accounting Standard Committee(IASC) pada tahun 1973, yang sekarang berubah nama menjadi International Accounting Standard Board (IASB). Jumlah keanggotaan IASC sampai sekarang meliputi lebih dari 150 organisasi profesi akuntansi yang berasal dari negara maju dan berkembang, termasuk Indonesia. Tujuan IASC adalah
(1) merumuskan dan menerbitkan standar akuntansi sehubungan dengan
pelaporan keuangan dan mempromosikannya untuk bisa diterima secara luas di
seluruh dunia, serta
(2) bekerja untuk pengembangan dan harmonisasi standar dan
prosedur akuntansi sehubungan dengan pelaporan keuangan.

Sampai sekarang IASB telah mengeluarkan lebih dari 50 standar akuntansi. Meskipun IASB berhak untuk menetapkan dan mengeluarkan standar akuntansi, badan tersebut tidak memiliki kekuatan hukum untuk memaksakan penerapan standar akuntansi yang dihasilkan. IASC memiliki kelompok konsultatif yang disebut IASC Consultative Group yang terdiri dari pihak-pihak yang mewakili para pengguna laporan keuangan, pembuat laporan keuangan, lembaga-lembaga pembuat standar, dan pengamat dari organisasi antar-pemerintah. Kelompok ini bertemu secara teratur untuk membicarakan kebijakan, prinsip dan hal-hal yang berkaitan dengan peranan IASC.
Pembentukan IASC merupakan salah satu usaha harmonisasi standar
akuntansi yaitu untuk membuat perbedaan-perbedaan antar standar akuntansi di
berbagai negara menjadi semakin kecil. Harmonisasi ini tidak harus menghilangkan
standar akuntansi yang berlaku di setiap negara dan juga tidak menutup
kemungkinan bahwa standar akuntansi internasional yang disusun oleh IASC
diadopsi menjadi standar akuntansi nasional suatu negara.
Konvergensi IFRS
Dunia akuntansi saat ini masih disibukkan dengan adanya standar akuntansi yang baru yaitu Standar Akuntansi Keuangan Internasional IFRS. Hampir semua negara di dunia beralih ke standar tersebut, termasuk Indonesia . Isu hangat tentang harmonisasi standar akuntansi international berhubungan dengan globalisasi dalam dunia bisnis yang terjadi saat ini. Globalisasi bisnis tampak dari kegiatan perdagangan antar negara yang mengakibatkan munculnya perusahaan multi nasional. Hal ini mengakibatkan pula timbulnya kebutuhan harmonisasi akan suatu standar akuntansi yang berlaku secara luas di seluruh dunia. IASC ( International Accounting Standard Commite) sebagi lembaga yang bertujuan merumuskan dan menerbitkan standar akuntansi sehubungan dengan pelaporan keuangan dan mempromosikan untuk bisa diterima secara luas di seluruh dunia, serta bekerja untuk pengembangan dan harmonisasi standard dan prosedur akuntansi sehubungan dengan pelaporan keuangan.
International Accounting Standards, yang lebih dikenal sebagai International Financial Reporting Standards(IFRS), merupakan standar tunggal pelaporan akuntansi yang memberikan penekanan pada penilaian (revaluation) profesional dengan disclosures yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu. Standar ini muncul akibat tuntutan globalisasi yang mengharuskan para pelaku bisnis di suatu Negara ikut serta dalam bisnis lintas negara. Untuk itu diperlukan suatu standar internasional yang berlaku sama di semua Negara untuk memudahkan proses rekonsiliasi bisnis. Perbedaan utama standar internasional ini dengan standar yang berlaku di Indonesia terletak pada penerapan revaluation model, yaitu kemungkinkan penilaian aktiva menggunakan nilai wajar, sehingga laporan keuangan disajikan dengan basis ‘true and fair‘.
Tujuan IFRS adalah memastikan bahwa laporan keuangan dan laporan keuangan interim perusahaan untuk periode-periode yang dimaksud dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi berkualitas tinggi yang:
Transparan bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang periode yang disajikan.
Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS.
Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.

5.    Pendekatan baru Uni Eropa dan mengaitkannya dengan integrasi pasar keuangan Eropa
Komisi mengumumkan bahwa EU perlu untuk bergerak secara tepat dengan maksud untuk memberikan sinyal yang jelas bahwa perusahaan yang sedang berupaya untuk melakukan pencatatan di Amerika Serikat dan pasar-pasar dunia lainnya akan tetap dapat bertahan dalam kerangka dasar akuntansi EU. EC juga menekankan agar EU memperkuat komitmennya terhadap proses penentuan standar internasional, yang menawarkan solusi paling efisien dan cepat untuk masalah-masalah yang dihadapi perusahaan yang beroperasi dalam skala internasional.

Pada tahun 2000, EC mengadopsi strategi pelaporan keuangan yang baru. Hal yang menarik dari strategi ini adalah usulan aturan bahwa seluruh perusahaan EU yang tercatat dalam pasar teregulasi, termasuk bank, perusahaan asuransi dan SME (perusahaan berukuran kecil dan menengah), menyusun akun-akun konsolidais sesuai dengan IFRS.

Jumat, 01 Mei 2015

Bab VI Pelaporan Keuangan dan Perubahan Harga

Ø  Laporan keuangan memiliki potensi untuk menyesatkan selama periode perubahan harga   Selama periode inflasi, nilai aktiva yang tercatat sebesar biaya akuisisi awalnya jarang mencerminkan nilai terkininya (yang lebih tinggi). Nilai aktiva yang dinyatakan lebih rendah menghasilkan beban yang dinilai lebih rendah dan laba yang dinilai lebih tinggi. Dari sudut pandang manajerial, pengukuran yang tidak akurat dapat menimbulkan penyimpangan sebagai berikut:1.Proyeksi keuangan berdasarkan data rangkaian waktu historis yang belum disesuaikan,2.Anggaran yang menjadi dasar pengukuran, dan3.Data kinerja yang gagal menahan pengaruh inflasi yang tidak terkendali.Pendapatan yang dibesarkan dapat menimbulkan sebagai berikut:1.Kenaikan pajak yang sebanding,4.Permintaan deviden yang lebih banyak dari pemegang saham,5.Tuntutan kenaikan gaji karyawan, dan5.Kebijakan yang merugikan dari pemerintah tuan rumah (misalkan pajak yang dibebankan atas kelebihan laba)

Dan jika perusahaan telah mendistribusikan labanya maka besar kemungkinan perusahaan tidak dapat melakukan penggantian aktiva tertentu yang mengalami kenaikan harga karena kekurangan sumber daya. Penyajian laporan keuangan yang tidak disesuaikan dengan kemampuan daya beli ini juga akan mempengaruhi pembaca laporan dalam menginterprestasikan dan membandingkan kinerja oprerasi perusahaan. Jika pendapatan dicatat sesuai dengan nilai daya beli kini sedangkan biaya dicatat sebesar daya beli historis akan membuat pengukuran laba yang tidak akurat. Prosedur akuntansi yang konvensional juga mengabaikan keuntungan dan kerugian daya beli yang timbul dari kepemilikan kas (atau ekuivalennya) selama periode inflasi.


Alasan-alasan untuk mengakui pengaruh inflasi secara eksplisit, sebagai berikut:

1.Pengaruh perubahan harga bergantung secara parsial kepada transaksi dan kondisi perusahaan.
2.Penanganan masalah uang diakibatkan oleh perubahan harga bergantung kepada pemahaman yang akurat terhadap masalah tersebut.
      3.Pernyataan manajer mengenai masalah yang diakibatkan oleh perubahan harga lebih dapat dipercaya jika perusahaan  mengeluarkan informasi keuangan yang membahasa masalah tersebut.

Ø  Istilah-istilah akuntansi inflasi dan memahami pengaruh penyesuaian harga terhadap laporan keuangan
      1.      Atribut.  Karakteristik kuantitatif suatu pos yang diukur untuk keperluan akuntansi.

2.      Penyesuaian biaya kini. Nilai penyesuaian aktiva perubahan dalam harga tertentu.
3.      Kekayaan yang dapat dihapuskan. Jumlah aktiva bersih suatu perusahaan yang dapat ditarik                   tanpa mengurangi besar awalnya aktiva bersih.
4.      Mechanisme penyesuaian. Manfaat berupa keuntungan daya beli pemegang saham yang berasal               dari pendanaan utang dan pertanda bahwa perusahaan tidak perlu mengakui tambahan biaya                   pengganti atas aktiva operasi sehubungan dengan aktiva tersebut didanai melalui utang.
5.      Ekuivalen Daya Beli Umum. Jumlah mata uang yang telah disesuaikan terhadap perubahan dalam             tingkat harga umum.
6.      Keuntungan kepemilikan suatu investasi. Kenaikan nilai biaya kini  suatu aktiva nonmoneter.
7.      Hiperinflasi. Laju inflasi yang sangat besar terjadi pada saat tingkat harga umum dalam suatu                   perekonomian meningkat sebesar lebih dari 25%  pertahun.
8.      Inflasi. Kenaikan dalam tingkat harga umum seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian.
9.      Aktiva moneter. Klaim terhadap jumlah mata uang yang tetap dimasa depan seperti kas atau                   piutang usaha.
10.  Keuntungan Moneter. Kenaikan dalam daya beli secara umum yang terjadi karena terdapatnya               kewajiban moneter selama periode inflasi.
11.  Kewajiban moneter. Suatu kewajiban untuk membayar jumlah mata uang yang tetap dimasa                   depan seperti utang usaha atau uang dengan suku bunga yang tetap.
12.  Kerugian Moneter. Penurunan dalam daya beli secara umum yang terjadi karena terdapatnya                   kativa moneter selama periode inflasi.
13.  Penyesuian Modal Kerja Moneter. Pengaruh perubahan harga khusus  terhadap seluruh jumlah               modal kerja yang digunakan oleh sutu usaha dalam menjalankan operasinya.
14.  Jumlah Nominal. Jumlah  mata uang yang belum disesuaikan dengan perubahan harga.
15.  Aktiva Nonmoneter. Aktiva yang tidak menunjukkan adanya klaim tetap terhadap kas seperti                 persediaan, aktiva tetap, dan peralatan.
16.  Kewajiban Nonmoneter. Suatu utang yang tidak mengharuskan pembayaran jumlah kas yang                 tetap dimasa depan, seperti uang muka pelanggan.
17.  Penyesuian Paritas. Suatu penyesuian yang mencerminkan perbedaan antara inflasi di Negara                   induk perusahaan dan Negara tuan rumah.
18.  Aktiva permanent. Istilah di Brasil untuk aktiva tetap, gedung, investsai, beban tangguhan, dan                 depresiasi terkait   serta jumlah deplesi atau amortisasi.
19.  Indeks Harga. Suatu rasio biaya dimana pembilang/numeratornya adalah biaya dari suatu                         keranjang barang dan jasa yang representatif dalam tahun berjalan, sedangkan penyebutnya                     adalah biaya dari keranjang barang dan jasa yang sama pada tahun dasar.
20.  Daya Beli. Kemampuan umum dari suatu unit moneter untuk memeperoleh barang dan jasa.
21.  Laba Riil. Laba bersih yang telah disesuaikan untuk perubahan harga.
22.  Biaya penggantian. Biaya kini untuk mengganti potensi jasa suatu aktiva dalam keadaan normal                usaha.
23.  Mata uang pelaporan. Mata uang yang digunakan suatu perusahaan dalam menyusun laporan                   keuangan.
24.  Metode nyatakan kembali-translasikan. Digunakan pada saat suatu induk  perusahaan                             mengkonsolidasikan akun-akun anak perusahaan luar negeri yang berlokasi disebuah lingkungan             berinflasi
25.  Perubahan Harga Khusus. Perubahan dalam harga untuk komoditas khusus seperti persediaan                 atau peralatan
26.  Metode translasikan-nyatakan kembali. Suatu metode konsolidasi pertama-tama dengan                         mentranlasikan akun-akun laporan keuangan anak perusahaan luar negeri kedalam mata uang                  induk perusahaan dan kemudian dinyatakan kembali jumlah yang ditanslasikan terhadap inflasi                induk perusahaan

   Secara umum, dalam akuntansi konvensional, laporan keuangan disajikan berdasarkan nilai historis yang mengasumsikan bahwa hargaharga (unit moneter) adalah stabil. Akuntansi konvensional tidak mengakui adanya perubahan tingkat harga umum maupun perubahan tingkat harga khusus. Sebagai konsekuensinya, jika terjadi perubahan daya beli seperti pada periode inflasi, maka laporan keuangan historis secara ekonomis tidaklah relevan. Pada periode ini pendapatan umumnya dinilai lebih tinggi sedangkan aktiva tetap dinilai lebih rendah. Sebenarnya, terdapat beberapa metode akuntansi mengenai pengaruh perubahan harga, antara lain akuntansi harga tetap, akuntansi nilai sekarang, dan akuntansi tingkat harga umum. Akuntansi tingkat harga umum akan mengadakan restatement komponen-komponen laporan keuangan ke dalam rupiah pada tingkat daya beli yang sama, namun sama sekali tidak mengubah prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan dalam akuntansi berdasarkan nilaihistoris.Pada prakteknya, kontroversi yang menyangkut relevansi penggunaan akuntansi tingkat harga umum masih berlanjut hingga saat ini.


Beberapa argumentasi yang mendukung maupun menolak penerapan akuntansi tingkat harga umum akan disajikan dalam artikel ini. Demikian juga hasil dari dua penelitian mengenai pengaruh penerapan akuntansi tingkat harga umum terhadap laporan keuangan akan diperbandingkan guna melihat apakah penyesuaian berdasarkan akuntansi tingkat harga umum memang diperlukan.


Ø  Perbedaan akuntansi inflasi di AS, Inggris, dan Brasil
1.      Amerika serikat (AS)
Pada tahun  1979, FASB mengeluarkan Pernyataan Standar Akutansi Keuangan  No 33 berjudul Pelaporan Keuangan dan Perubahan harga, pernyataan ini mengharuskan perusahaan-perusahaan AS mencoba melakukan pengungkapan daya beli konstan biaya histories dan daya beli konstan kini. Perusahan pelapor didorong untuk mengungkapkan informasi berikut untuk masing-masing dari 5 tahun terakhir :1.      Penjualan bersih dan pendapatan opersai lainnya
2.      Laba dari operasi yang berjalan berdasarkan dasar biaya kini
3.      Keuntungan atau kerugian daya beli (moneter) atas pos-pos moneter bersih
4.      Kenaikan atau penurunan dalam biaya kini atau jumlah yang dapat dipulihkan (yaitu jumlah kas bersih yang diperkirakan akan dapat dipulihkan melalui penggunaan atau penjualan) yang lebih rendah dari persediaan atau aktiva tetap, bersih dari inflasi (perubahan tingkat harga umum)
5.      Setiap agregat penyesuaian translasi mata uang aing, berdasrkan biaya kini, yang timbul dari proses konsolidasi
6.      Aktiva bersih pada akhir tahun menurut dasar biaya kini
7.      Laba persaham (dari opersai berjalan) menurut dasar biaya kini
8.      Deviden persaham biasa
9.      Harga pasar akhir tahun perlembar saham biasa
10.  Tingkat Indeks Harga Konsumen yang digunakan untuk mengukur laba dari operasi berjalan


                         2.      Inggris
Laporan biaya kini di Inggris  mewajibkanbaik laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta catatan penjelasan. Standar di Inggris memeperbolehkan 3 pilihan pelaporan :1.         Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya historis
2.         Menyajikan akun-akun biaya histories sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya kini
3.         Menyajikan akun-akun biaya kini sebagai sati-satunya akun yang dilengkapi dengan informasi biaya historis yang memadai


3.      Brasil
Akutansi inflasi yang direkomen dasikan  di Brasil hari ini mencerminkan 2 kelompok pilihan pelaporan, hokum perusahan Brasil dan Komisi Pengawas Pasar Modal Brasil. Pneyesuaian inflasi yang sesuai dengan hokum perusahaan menyajikan ulang akun-akun aktiva permanent dan ekuitas pemegang saham dengan menggunakan indeks harga yang diakui oleh Pemerintah Federal untuk mengukur devaluasi mata uang local. Aktiva permanent meliputi aktiva tetap, gedung, investsai, beban tangguhan dan depresiasi terkait, serta kaun-akun amortisasi atau deplesi (termasuk setiap provisi kerugian yang terkait). Akun-akun ekuitas pemegang saham terdiri dari modal, cadangan pendapatan, cadangan revaluasi, laba ditahan, dan akun cadangan  modal yang digunakan untuk mencatat penyesuaian tingkat harga terhadap modal.Ø  Pelaporan keuangan dalam perekonomian hiperinflasi
      ED PSAK 63: Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi merupakan adopsi dari IAS 29 Financial Reporting in Hyperinflationary Economies. IAS 29 ini berkaitan dengan penyajian kembali laporan keuangan ketika terjadi ekonomi hiperinflasi dalam mata uang pelaporan entitas. Dalam kondisi semacam ini, laporan keuangan entitas disajikan dalam unit pengukuran kini pada akhir periode pelaporan. Selain itu, pos-pos terkait di periode sebelumnya disajikan dalam unit pengukuran kini pada akhir periode pelaporan, dan laba rugi atau posisi moneter neto diakui dalam laporan laba rugi dan diungkapkan terpisah


Ø  Mengukur pengaruh inflasi apakah dolar konstan atau biaya kini
Terdapat empat isu akuntansi inflasi yang cukup mengganggu. Ke-empat isu itu adalah:1.      apakah dolar konstan atau biaya kini yang lebih baik mengukur pengaruh inflasi,
2.      perlakuan akuntansi terhadap keuntungan dan kerugian inflasi,
3.      akuntasi inflasi luar negeri,
4.      menghindari fenomena kejatuhan ganda.Keuntungan dan Kerugian Inflasi :   Perlakuan keuntungan dan kerugian pos-pos moneter (yaitu kas,piutang,dan utang) tergolong kontroversial. Keuntungan dan kerugian pos-pos moneter di Amerika Serikat ditentukan dengan menyajikan ulang dalam dolar konstan,saldo awal dan akhir,serta transakasi dalam,seluruh aktiva dan kewajiban moneter (termasuk utang jangka panjang). Angka yang dihasilkan diungkapkan sebagai pos terpisah. Perlakuan ini memandang keuntungan dan kerugian pos-pos moneter sebagai hal yang berbeda dari jenis pendapatan yang lain. Di Inggris keuntungan dan kerugian pos-pos moneter dipisahkan menjadi modal kerja moneter dan mekanisme penyesuaian. Kedua angka tersebut ditentukan melalui perubahan harga khusus (dan bukan umum). Mekanisme penyesuaian mengindikasikan manfaat (atau biaya) kepada para pemegang saham yang berasal dari pembiayaan utama selama suatu periode perubahan harga. Angka-angka ini ditambahkan atas (dikurangi dari) laba operasi biaya kini untuk menghasilkan ukuran kemakmuran yang dapat dihapuskan, yang disebut sebagai “Laba Biaya Kini Teratribusi Kepada Pemegang Saham”.

  1. laba operasi (perbedaan antara pendapatan kini dan biaya kini sumber daya yang dikonsumsi)
  1. keuntungan yang belum direalisasi yang timbul dari kepemilikan aktiva non moneter dengan nilai pengganti yang meningkat bersamaan dengan inflasi. Meskipun pengukuran keuntungan kepemilikan dilakukan secara langsung, perlakuan akuntansinya tidaklah demikian.
Ø  Penurunan ganda (double dip) dan menjelaskan cara penanganannya
Pada saat me-restate perkiraan-perkiraan luar negeri untuk memperhitungkan inflasi luar negeri, kehati-hatian harus dijaga untuk mencegah fenomena “double-dip”. Masalah ini timbul dari fakta bahwa inflasi lokal memberi dampak langsung pada kurs yang digunakan dalam proses translasi. Walaupun ahli ekonomi umumnya mengasumsikan suatu hubungan terbalik antara laju inflasi internal suatu negara dengan nilai eksternal valutanya., bukti-bukti memperlihatkan bahwa hubungan seperti ini jarang terjadi, paling tidak dalam jangka pendek. Oleh karenanya, besarnya penyesuaian yang dilakukan untuk menghilangkan fenomena perhitungan-ganda akan bervariasi tergantung pada kadar korelasi negatif antara kurs dengan perbedan inflasi.



Ø  Perbedaan model akuntansi biaya terkini dan konvensional
Pendekatan di Brasil yang tidak lagi diwajibkan, tidak menyesuaikan aktiva dan kewajiban kini secara eksplisit, karena jumlah-jumlah ini dinyatakan dalam hal nilai yang dapat direalisasi. Namun demikian, penyesuaian dari penyajian bersih aktiva permanen dan ekuitas pemilik yang disesuaikan dengan tingkat harga menunjukkan keuntungan atau kerugian daya beli umum atas pendanaan modal kerja yang berasal dari utang atau kewajiban. Penyesuaian aktiva permanen yang melebihi penyesuaian ekuitas menunjukan adanya bagian dari aktiva permanen yang didanai oleh utang, sehingga menimbulkan keuntungan daya beli. Sebaliknya, penyesuaian ekuitas yang lebih besar dari penyesuaian aktiva permanen menunjukan adanya sebagian modal kerja yang didanai oleh ekuitas. Kerugian daya beli diakui untuk bagian ini selama periode inflasi.SSAP 16 memiliki keunggulan dalam mengatasi pengaruh inflasi. Sejalan dengan persediaan dan aktiva tetapnya, suatu perusahaan perlu meningkatkan modal kerja dalam nilai nominal bersih untuk mempertahankan kemampuan operasinya dengan harga yang semakin meningkat. Perusahaan juga akan mendapatkan manfaat dari penggunaan utang selama masa inflasi. Tujuan akuntansi inflasi adalah untuk mengukur kinerja suatu perusahaan dan memungkinkan setiap orang yang tertarik untuk mengukur jumlah, waktu, dan kemungkinan arus kas masa depan.Suatu perusahaan dapat mengukur penguasaannya terhadap barang dan jasa tertentu dengan menggunakan indeks untuk mengukur keuntungan dan kerugian moneter. Karena tidak seluruh perusahaan dapat menyusun indeks harga beli yang khusus untuk perusahaan itu,pendekatan di Inggris merupakan alternatif praktis yang baik. Ketimbang mengungkapkan mekanisme penyesuaian (atau sejenisnya),kami lebih suka untuk memperlakukannya sebagai pengurangan dari penyesuaian biaya kini untuk depresiasi, harga pokok penjualan dan modal kerja moneter. Pembebanan biaya kini dari penyajian ulang laba biaya historis selama masa inflasi akan terhapuskan dengan pengurangan beban jasa utang yang digunakan untuk mendanai pos-pos operasi tersebut.Keuntungan dan Kerugian Kepemilikan :Akuntansi untuk biaya kini membagi total laba menjadi 2 bagian :Kenaikan dalam biaya penggantian aktiva operasi (yaitu proyeksi arus kas keluar yang lebih tinggi untuk mengganti peralatan) bukanlah suatu keuntungan, baik itu direalisasi atau tidak. Apabila laba berbasis biaya kini mengukur perkiraan kekayaan perusahaan yang dapat digunakan, maka perubahan biaya kini persediaan, aktiva tetap dan aktiva operasi lainnya merupakan revaluasi ekuitas pemilik, yang adalah bagian dari laba yang harus disimpan oleh perusahaan untuk mempertahankan modal fisiknya (kapasitas produktifnya). Aktiva yang dimiliki untuk spekulasi, seperti lahan kosong atau surat berharga yang dapat dipasarkan, tidak perlu diganti untuk mempertahankan kapasitas produktif. Dengan demikian, jika penyesuaian biaya kini mencakup pos-pos ini, kenaikan atau penurunan ekuivalen biaya (nilai) kininya (hingga sebesar nilai yang dapat direalisasikan) harus dinyatakan langsung dalam laba.Penyesuaian inflasi terhadap harga pokok penjualan dan beban depresiasi dirancang untuk menentukan laba, seperti dilaporkan agar tidak terjadi overstatement laba. Meskipun begitu akibat hubungan negatif antara inflasi lokal dan nilai valuta, perubahan kurs antara laporan keuangan saru dengan laporan keuangan yang lain yang berurutan , yang umumnya diakibatkan oleh inflasi (paling tidak selama satu periode tertentu), akan menyebabkan perusahaan merefleksikan paling tidak sebagian dampak inflasi (yaitu, penyesuaian-penyesuaian ganda, kerugian translasi yang telah tercermin dalam laba seperti dilaporkan sebuah perusahaan harus diperhitungkan sebagai bagian dari penyesuaian inflasi.Penyesuaian di atas relevan untuk perusahaan-perusahaan multinasional yang berbasis di AS, yang telah mengadopsi dolar sebagai valuta fungsional operasi luar negeri berdasarkan FAS No. 52 dan yang mentranslasikan persediaan dengan menggunakan kurs berjalan. Penyesuaian tersebut sangat berhubungan erat dengan perusahaan-perusahaan multinasional Eropa, jika kita melihat metode-metode translasi valuta yang dewasa ini mereka paki. Dalam sebuah survey mengenai praktik-praktik translasi valuta asing diDenmark, Jerman, Belanda, Swedia, Swiss, dan Inggris, perusahaan-perusahaan disana mendemonstrasikan kecendrungan ke arah penggunaan metode translasi kurs berjalan. Walaupun banyak perusahaan melaporkan keuntungan dan kerugian translasi valuta dalam cadangan neraca, sejumlah besar perushaan, terutama di Jerman, Belanda, dan Swedia mencerminkan keuntungan dan kerugian semacam itu langsung di dalam laba berjalan. Tanpa adanya penyesuaian untuk menghindari perhitungan ganda yang telah di singgung sebelumnya., perusahaan-perusahaan semcam itu bisa berakhir dengan laba yang terlalu rendah atau terlalu tinggi, karena inflasi luar negeri dihitung dua kali.